APRESIASI KARYA SENI TARI TUNGGAL
NUSANTARA
Jenis, Peran, dan Perkembangan Tari Tunggal Nusantara
Mengupas tari tunggal nusantara tidak terlepas dari jenis, peran dan
perkembangannya. Peran tari tunggal nusantara sangatlah beragam. Menyangkut
tentang riwayat terbentuk sampai wujud yang ada sekarang dan sejarah panjang
tari sampai tari itu berperan bagi masyarakat pemiliknya.
Jenis tari tunggal nusantara
Jenis tari tunggal nusantara yang begitu banyak pada hakikat nya dapat
diringkas menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut.
1.
tari ritual(kesuburan)
2.
tari keprajuritan (kewiraan)
3.
tari perang
4.
tari pergaulan
Jenis tari tunggal nusantara terdapat dalam berbagai bentuk tarian yang
terkadang sulit . Dengan kata lain, bisa terjadi satu tari berperan dalam
berbagai keperluan,baik sosial, politik, agama, kepercayaan, maupun hiburan.
Jenis tari tunggal nusantara yang dikenal masyarakat jawa, misalnya: tari
eko prawiro, gambiranom, merak , dan gambayong , Jenis tari tunggal nusantara
yang di kenal masyarakat bali , misalnya: tari pendet, margapati, panji
semirang, kebyar duduk, baris,keris barong. Jenis tari tunggal Nusantara yang
dikenal masyarakat sunda misalnya : tari kandangan sulintang, dan dewi .
Peran tari tunggal nusantara
Peran tari nusantara sedikit banyak dipengaruhi oleh
geografis dan karakteristik masyarakat pemiliknya. Karakteristik di bentuk oleh
tempat tinggal atau letak geografis masyarakatnya.orang yang tinggal digunung
tentu berbeda dengan orang yang tinggal di tepi pantai. Demikian mereka yang
tinggal di kota besar tentu berbeda karakter dengan yang tinggal di pedesaan.
Berbeda pula karakter masyarakat yang berdomisili di lingkungan keraton dengan
masyarakat yang berdomisili di luar keraton.
Oleh karena itu jika latar belakang tempat tinggal sangat mempergaruhi
karakter ciptaan seni atau lebih sepesifik lagi tari tunggal.
Hubungan tari dan peran juga dipengaruhi oleh penciptannya.bagi seorang
koreografer kejadian dan fenomena adalah sumber gerak yang sangat kaya. Jika ide itu telah menjadi bentuk maka
tidak lepas dari hasil pengamatan langsung di sekitarnya.
Peran dalam pengertian yang lebih luas berarti fungsi dan gunanya. Hampir
semua orang mengetahui betapa besarnya
peranan tari bagi masyarakat pemiliknya.
Peran tari tunggal dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Pemberian motivasi
dikatakan memberi motivasi karena selalu membangkitkan semangat untuk bangkit dan melawan penjajah
2.
Pemujaan
pemujaan yang sering menggunakan tari untuk mendukung kepentingan ritual, antara lain : nazar, panen padi, minta hujan.
Sementara itu tari tunggal nusantara yang biasa di gunakan untuk mendukung
upacara ritual antara lain srimpi,tayub, sintreen. Biasanya tari ini di gunakan
untuk ritual permohonan hujan dan keselamatan.
3.
Pergaulan
pada umum nya peran tari tunggal nusantara di kaitkan dengan perhelatan tertentu
atau untuk upacara magi-simpatreis, misalnya upacara minta hujan, perkawinan,
dan mengusir wabah penyakit.perkembangan tari tunggal nusantara di mulai dari proses panjang sejak manusia mengenal
fungsi tubuh mereka. Setiap manusia normal pasti dapat menggerakan anggota
tubuh mereka dengan bebas,luwes, dan enak. Proses terbentuknya sebuah tarian
diduga di mulai dari keinginan manusia untuk mengapresiasi kan kebutuhan
estetis melalui gerak tubuh mereka. Berangkat dari gerak sederhana, melalui
proses panjang akhirnya terbentuklah aneka jenis tarian dengan berbagai fungsi dan gunanya .
Setiap peristiwa alam dan hal-hal yang menyangkut suasana hati selalu mempengaruhi penciptaan seni, demikian juga setiap etnis
akan merasakan,menangkap, dan mempengaruhi suatu peristiwa besar dengan
perasaan dan pikiran yang kurang lebih sama.
Bagi seniman pencipta tari koreografer, suatu peristiwa menjadi materi dasar
yang menarik dan bermakna untuk dijadikan karya seni.
Tari tradisional nusantara sendiri dibangun dalam rentang waktu yang sangat
panjang, bisa mencapai hitungan abad. Beberapa tari tunggal yang mengalami
perubahan bentuk dan fungsi, antara lain : tari seblang, sintren,
tayub,ronggeng, sang hyang, dan pakarena.
Dengan uraian di atas ,tari tradisional nusantara sangat berguna bagi
kepentingan sosial atau ritual masyarakat pemiliknya. Upacara yang sering menggunakan tari untuk mendukung kepentingan sosial,
antara lain: peresmian gedung ,perayaan pernikahaan, HUT RI, menyambut tamu
agung negara sahabat , kedatangan pejabat penting, dan kampanye. Sementara itu,
tari yang digunakan untuk mendukung keperluan sosial , misalnya : tari
gambyong,pendet, ngremo, tayub, dan lilin.
Unsur estetis tari tunggal nusantara
Tari juga mengenal pembagian jenis karya , jika seni lukis mengenal lukis
natural (alami),abstrak, dada,kubis surrealist, dan superralist,maka demikian
pula halnya seni tari.
Di dalam istilah seni, semua kebutuhan seni itu mencakup dalam perbincangan
ekspresi estetis ,bagaimana pun juga kepuasan batin seniman dan penghayatan
harus diletakan pada posisi tertinggi di bidang seni.
Setiap seni pasti mempunyai unsur
estetis di dalamnya.. misalnya ,medium di tangan
seniman handal mampu menghasilkan karya
spektakuler dan mengagumkan. Sebalik nya tidak berguna apa bila berada di
tangan yang awam. Bukan berarti orang awam tidak boleh berkarya seni .
Khususnya unsur estetis tari tunggal adalah gerak detail,rias,busana, dan
kebebasan ekspresi. Gerak detail meliputi gerak tangan ,kepala,mimik dan rias
meliputi wajah, rambut badan, tangan, kaki.
Di dalam seni tari terdapat jenis tari tunggal, kelompok / berpasangan, dan
massal. Unsur estetis terpenting tari tunggal adalah menyangkut tentang hal
detail
Perlu juga diketahui bahwa unsur estetis suatu seni masih harus di kaitkan
pada ”siapa” orang yang berbicara atau
memanfaatkannya. Dengan kata lain , suatu bentuk tari tunggal etnis bali tidak
dapat dengan mudah di pahami oleh entnis jawa sunda minang dayak asmat separua
dan makasar . begitu pula yang terjadi sebaliknya.
Keunikan tari tunggal nusantara
setiap tari pasti mempunyai daya tarik tersendiri yang membuat seseorang
atau suatu kelompok bersedia meluang kan waktu untuk melihat atau mempelajari
nya. Keunikan tari tunggal nusantara tentu saja berbeda, baik secara
fisik,bentuk, jenis tari , maupun teknik penyajiannya dengan jenis tari
lainnya.
Daya tarik tari tunggal terutama terletak pada keunikan suatu bentuk jenis
tari atau pun ekspresi. Alasannya mereka bergerak, bentuk gerakan, dan fungsi
tarian itu sendiri yang membuat perbedaan menjadian begitu kelihatan.
Jenis, Peran dan Perkembangan Tari Nusantara
1. Peran
tari nusantara
Berdasarkan perannya, tari nusantara dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu tari upacara, tari hiburan( pergaulan) atadan
tari totonan.
Tari upacara
Peran tari sebagai sarana upacara merupakan peran atau fungsi
tertua di Indonesia. Hampir semua wilayah nusantara memiliki tari yang
berfungsi sebagai sarana upacara ritual. Kedudukan tari dalam suatu upacara
berfungsi sebagai media komunikasi antara masyarakat dengan sesuatu yang
dikeramatkan (para dewa/dewi , roh leluhur atau nenek moyang).
Tari – tarian yang dipertunjukkan sebagai sarana upacara
antara lain mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a. Tempat pertunjukannya tidak
sembarang tempat, biasanya pertunjukan dilakukan di tempat – tempat yang
dianggap sakral, seperti pura, candi, hutan, atau tanah lapang.
b. Pemilihan waktu atau saat
pertunjukan biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang dianggap sakral, seperti
saat bulan purnama atau tengah malam.
c. Penarinya dipilih, yaitu penari
yang berada dalam keadaan bersih secara spiritual dan dianggap suci.
d. Dalam pertunjukannya, tari tidak terlepas
dari sesaji yang jenisnya banyak dan bermacam – macam.
e. Pertunjukannya selalu dikaitkan
dengan penyelenggaraan upacara tertentu, misalnya meminta hujan, berburu, atau
peperangan.
f. Dalam perrtunjukannya, penari
menggunakan busana khusus.
Jenis tari nusantara yang berfungsi
sebgai sarana upacara ritual, diantaranya sebagai berikut :
a. Tari
Tor – Tor dari Sumatra Utara
Tari ini dipertunjukan pada saat prosesi upacara kematian
suku Batak. Gerakan lengan dan tangan menjadi ragam gerak yang dominan dalam
tari ini. Bentuk gerak tarinya seperti orang menyembah dan dipadukan dengan
gerak ritmis dari kedua kaki yang diiringi lagu – lagu pujian.
b. Tari Kayou
dari Kalimantan Tengah
Tari ini merupakan tari perang yang menceritakan kegagahan
dan keterampilan kaum laki – laki suku Dayak, dalam menggunakan senjata khas
sukunya, yaitu Mandau. Kayau berasal dari kata mengayou yang artinya memenggal
kepala musuh, setiap kepala musuh yang berasil dipenggal mereka bawa ke
pameranm “Damang” atau rakyat kampungnya.
c. Tari Dodot dari Banten
Selatan
Tari ini berfungsi sebagai sarana upacara tanam dan panen
padi. Tari ini dilaksanakan pada setiap tahapan dalam penanaman padi hingga
panen.
Ragam gerak yang dilakukan merupakan olah gerak kepala,
lengan, badan, dan kaki yang disertai doa yang menjadikan suasana ritus.
d. Tari meminta
Hujan dari Nusa Tenggara Timur
Tari ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tari
persembahan kepaada dewa langit agar dapat menurunkan hujan, terutama setelah
musim kemarau yang berkepanjangan. Tari ini dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan denan ragam gerak menggambarkan peniruan gerak- gerak mega dan curah
hujan.
e. Tari
Rejang dan Baris dari Bali
Tari yang lahir dan berkembang di Pulau Dewata ini,
pertunjukannya dilakukan secara berkelompok dan berfungsi sebagai tari
penyambutan para dewata yang diundang turun ke pura pada saat Upacara
Piodalan.Tari Rejang ditarikan oleh perempuan sedangkan Tari Baris
ditarikan oleh laki – laki.
Tarian yang berfungsi sebagai
hiburan dan tontonan, di antarannya sebagai berikut :
a. Tari
Piring dari Sumatra Barat
Tarian ini lahir dan berkembang di Minangkabau, Sumatra Barat
dan merupakan milik masyarakat yang tidak diketahui siapa penciptanya.Tari
Piring dipentaskan pada aktivitas pertanian dan aktivitas sosial masyarakat
lainnya dengan gerakan atraktif dan dinamis saat memainkan piring. Tari Piring
dapat dimainkan dengan gaya darek ( darat ) dan gayapasisia (pesisir).
b. Tari Merak
dari Jawa Barat
Tarian ini termasuk genre tari kreasi baru yang diciptakan
atas permintaan Bung Karno. Keindahan burung merak terletak pada sayapnya yang
memiliki motif khas dan berbagai gradasi warna. Tari Merak menyerupai gerak
burung merak yang sedang memamerkan keindahan sayapnya dan ditarikan oleh
perempuan.
c. Tari
Gambyong Pareanom dari Jawa Tengah
Gambyong merupakan tari kreasi perkembangan dari Tari Tayub
yang awalnya digunakan pada upacara ritual pertanian untuk memohon kesuburan
dan panen yang melimpah. Dalam perkembangannya pihak Keraton Mangku Negara
Surakarta menata ulang dan membakukan gerakannya menjadi tari
penyambutan tamu - tamu kehormatan atau kenegaraan.
d. Tari
Trunajaya dari Bali
Tarian ini lahir dan berkembang di tengah-tengah penganut
Hindu. Gerakannya mendapat pengaruh dari budaya India yang memiliki kemiripan
dengan geraktribhangga. Tari ini menggambarkan keindahan dan
kejayaan kaum muda yang penuh gejolak, penuh semangat, rasa ingin tahu, dan
tercermin dalam gerakan yang sangat dinamis dan penuh ketegasan. Warna busananya
dominan berwarna ungu sebagai simbul kewibawaan.
e. Tari
Blantek dari Betawi
Pada awalnya, tarian ini merupakan bagian dari pertunjukan
teater rakyat atau lenong yang ditampilkan pada pembukaan
cerita. Sekarang, Lenong sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Betawi.
Namun, dalam perkembangannya, keberadaan tarian ini dikemas dan ditata ulang
untuk kebutuhan pertunjukan atau hiburan dengan nama Tari Blantek.
f. Tari
Anak Perdamain dari Papua
Masyarakat Papua yang terbagi atas berbagai suku. Pada
awalnya, mereka merupakan masyarakat pemburu. Sampai akhirnya, mereka
bersepakat untuk membagi daerah perburuan. Sebagai konsekuensi, apabila ada
yang melanggar, hal itu akan mengakibatkan perang antar suku. Upacara untuk
kesepakatan atau perdamaian dilaksanakan setiap tahun. Tari ini termasuk jenis
tari hiburan dan tontonan karena merupakan gambaran peristiwa masa lalu,
khususnya penyelenggaraan upacara perdamaian tersebut.
2. Tokoh –
Tokoh Tari Nusantara
Hampir semua suku bangsa di indonesia memiliki tarian
tradisional yang beraneka ragam. Beberapa tari Nusantara dan koreografernya, di
antaranya sebagai berikut.
a. Tari Piring dari Sumatra Barat, secara pasti penciptanya
tidak diketahui, tetapi dalam perkembangannya tari ini diperkenalkan dan di
tata ulang untuk kebutuhan pertunjukan atau hiburan olehNy. Huriah Adam.
b. Tari Merak, yaitu tari yang berasal dari Jawa Barat diciptakan
oleh Raden Tjetje Soemantri untuk kebutuhan seni
pertunjukan atau hiburan.
c. Pada awal keberadaannya, pencipta Tari Blantek tidak begitu
jelas. Akan tetapi, dalam perkembangannya tari ini dikemas dan ditata ulang
sebagai materi pertunjukan atau hiburan oleh seniman dari Institut Kesenian
Jakarta (IKJ).
d. Tari Jaipongan, yaitu tari yang lahir dan berkembang di Jawa
Barat, diciptakan oleh Gugum Gumbira.
e. Tari Yapong, yaitu tari yang lahir dan berkembang di tengah
masyarakat Jawa Tengah, diciptakan oleh koreografernya yang juga seorang
pelukis, yaitu Bagong Kussudiardjo.
f. Tari Kecak dan Manuk Rawe, yaitu tari yang berasal dari Bali,
diciptakan oleh I Wayan Dibya.
g. Tari Ngremo yang berasal dari Jawa Timur, diciptakan
oleh Munali Fatah.
h. Tari Gambyong Pareanom, yaitu tari yang berkembang dikalangan
masyarakat Jawa Timur diciptakan oleh S. Maridi.
3. Klasifikasi
dan Sejarah Perkembangan Tari Nusantara
Pada zaman kerajaan, tarian diciptakan untuk melengkapi upacara sakral
kerajaan. Pengklasifikasian tari kreasi daerah dapat ditelusuri berdasarkan
sejarah atau periodisasi perkembangannya, yaitu sebagai berikut.
a) Sejarah
Perkembangan Tari Tradisi
Tari Topeng dicatat sebagai cikal bakal tari tradisi di Jawa. Tari Topeng diperkirakan mengalami puncak perkembangan
pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Negarakertagama, dijelaskan adanya
atraksi besar-besaran tari dan nyanyian di Kerajaan Majapahit.Dijelaskan pula adanya tokoh-tokoh punakawan (juru
banyol) dan beberapa penari menggunakan tutup kepala (irah-irahan) yang
disebut tekes. Sampai sekarang, tekesdigunakan pada
semua Tari Tradisi Topeng, terutama Tari Topeng Panji.
Selanjutnya, Tari Topeng juga mendapat perhatian dari Kerajaan
Mataram tetapi, pada akhirnya tarian ini
tersisihkan oleh Tari Bedhaya dan Tari Srimpi yang sekarang menjadi simbol
keagungan dan budaya Kerajaan Mataram.
Pada tahun 1918, Pangeran Tedjo Kusuma dan Pangeran Suryadiningrat
mendirikan sekolah di Yogyakarta yang bernama Sekolah Tari Krida Beksa
Birama. Kreator terkemuka yang berasal dari sekolah ini diantaranya, Wisnoe
Wardhana dan Bagong Kussudiardjo.
Pada tahun 1961 muncul seni tari Jawa baru yang disebut Sendratari Ballet
Ramayana, istilah ini dibuat oleh G.P.H Jatikusumo. Dari sini, muncul kreator tari diantaranya, Sardono W. Kusumo, Sal
Mugiyanto, dan Retno Maruti.
Di Bali sekitar 1930-an, I Ketut Mario menciptakan gaya kebyar
dalam karawitan dan Tari Bali.
Terdapat dua seniman legendaris di Priangan (Jawa Barat) yang mengembangkan
Tari Kupu-Kupu dan Merak, yaitu Martakusuma dan Raden Tjetje Soemantri.
Selanjutnya tari ini mengilhamkan terciptanya Tari Merak gaya Bagong
Kussudiardjo dan S. Maridi (Surakarta). Tahun 1975-1980, Gugum Gumbira
menciptakan Tari Ketuk Tilu menjadi Tari Jaipongan.
Tokoh lainnya yang menciptakan tari kreasi diantaranya Suprapto Suryodarmono
dan Sardono W. Kusumo yang menggunakan spirit (roh). Di Yogyakarta muncul Ben
Suharto (alm) yang menggunakan konsep Mandala. Di Solo, Gendhon Humardani
melakukan perubahan besar-besaran pada seni tari. Contohnya, pemadatan
koreografi Tari Gambyong, Adaniggar, Bedhaya, Srimpi, dll.
b) Sejarah Perkembangan Tari Kreasi Baru
Diawali oleh I Ketut Mario tahun 1930-an, Bagong
Kussudiardjo dan Wisnoe Wardhana tahun 1950-1958.Terdapat juga seniman baru, seperti Sal Murgiyanto, I Wayan Dibya, Gusmiati
Suid, Endo Suanda, dan Sardono W. Kusumo.
Awalnya tema diambil dari derakan dasar tari tradisi. Namun, perkembangan
selanjutnya tema diambil dari kejadian nyata yang tengah berkembang di
masyarakat.
Pembaruan tari di Indonesia terus berkembang, terutama setelah para senior
menimba ilmu di Amerika. Karya tari hasil pembaruan mereka, diantaranya Bedhaya
Gendheng (1991), dan Lorong karya Bagong
Kussudiardjo. Selain itu, Meta Ekologi dan Hutan
Plastikkarya Sardono W. Kusumo.
c) Sejarah dan Perkembangan Tari Kontemporer
Sejarah perkembangan tari kontemporer dimulai menjelang dasawarsa akhir
70-an. Diperkenalkan oleh individu dan perguruan tinggi, seperti STSI
Surakarta, dan ASTI Yogyakarta. Selain itu terdapat event-event yang
mendukung perkembangan tari kontemporer.
A. Keunikan
Tari Nusantara dalam Konteks Budaya Masyarakat Setempat
1. Observasi
Pementasan Tari Daerah Setempat
Hal-hal yang harus disiapkan sebelum melakukan observasi
pementasan adalah beberapa peralatan yang diperlukan seperti : kamera, daftar
pertanyaan, dan kesiapan fisik.
Hasil observasi berupa, skripsi ( tugas akhir S1), tesis
(tugas akhir S2), dan disertasi ( tugas akhir S3).
2. Keunikan
Tari Daerah
Setiap tarian daerah mempunyai keunikannya
tersendiri.Keunikan tari sering sekali terletak pada aspek gerakannya. Namun,
selain aspek gerakan, keunikan juga terdapat pada kostum yang digunakan,
penataan panggung, dan pola penggarapannya.
3. Nilai Estetis Tari
Estetis dapat diidentikan dengan keindahan yang tidak dapat dilepaskan dengan
konsep-konsep yang ada pada filsafat. Keindahan dapat dibagi menjadi 2, yaitu
keindahan ciptaan Tuhan, diantaranya pelangi, awan, gunung, lembah, dll. Dan
keindahan ciptaan manusia, diantaranya lukisan, patung, karya musik, tari dll.
Nilai estetik dalam sebuah karya tari harus memiliki tingkat kebaikan dan
kegunaan. Nilai estetik tari merupakan ekspresi pengaturan rasa, pengalaman
jiwa, dan sikap seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sebuah karya tari yang di dalamnya mengandung nilai estetis mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Karya tari tersebut dapat mengungkapkan
keharmonisan antara bentuk tari dan isi.
b. Karya tari tersebut menarik atau menggugah.
c. Karya tari tersebut dapat membawa penonton masuk ke dalam dunia
khayal yang ideal.
d. Karya tari tersebut dapat membebaskan penonton dari suasana
ketegangan.
e. Karya tari tersebut menyajikan suatu kebulatan organik.
f. Karya tari tersebut dapat mendorong akal penonton menuju perpaduan
mental dan spiritual.
4. Unsur-Unsur Tari
a. Ragam Gerak
Ragam gerak dapat dilihat dari kepala, diantaranya olahan gerak mata, gerak
kepala, dan olahan raut wajah. Sementara ragam gerak dari anggota tubuh bagian
tengah, diantaranya ragam gerak tangan. Secara anatomi, lengan terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu lengan atas, lengan bawah, telapak tangan, jari, dan
ruas jari. Pembagian itu mempermudah ragam gerak tari. Ragam gerak kaki antara
satu daerah dengan daerah lainnya hampir sama.
b. Bentuk Iringan
Bentuk iringan terbagi menjadi dua, yaitu jenis musik iringan tari internal
yang meliputi olahan vokal, suara, lagu, atau efek bunyi yang dihasilkan dari
tubuh penari. Dan jenis musik eksternal meliputi pola-pola dari alat musik, contohnya
di Bali yang terkenal adalah gamelan gong-nya.
c. Kostum
Kostum tari merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari wujud tari.
Namun kostum tari untuk sarana upacara, berbeda dengan kostum untuk
pertunjukan. Kostum tari-tarian untuk upacara tidak begitu mengutamakan
estetika dan lebih sederhana, sedangkan kostum tari-tarian untuk kepentingan
pertunjukan dirancang sedemikian rupa agar tercipta kesan mendalam bagi
penonton.
d. Pola Lantai
Pola lantai pada sebuah tarian adalah posisi yang dilakukan baik oleh
penari tunggal maupun kelompok. Pada tari-tarian yang berfungsi sebagai sarana
upacara yaitu lebih sering dipakai pola lantai melingkar, karena lingkaran
sebagai simbol alam duania dan dianggap sakral.
5. Hasil Pengamatan Pertunjukan Tari
Tulisan hasil pengamatan pertunjukan tari diantaranya berisi data-data yang
terdiri atas :
a. Judul / nama tarian
b. Penciptanya / koreografernya
c. Sinopsis
d. Jumlah penarinya
e. Rias dan kostum yang digunakan
f. Iringan yang digunakan ( internal/ eksternal )
g. Bentuk dan setting panggung
h. Tata pencahayaan
i. Lamanya pementasan
j. Properti yang digunakan
k. Keunikan-keunikan yang dijumpai selama
pertunjukan
Thanks for reading & sharing Kamarnya Pekick
0 komentar:
Post a Comment
Kita saling berbagi pengalaman